Minggu, 03 Juli 2011

Diary Baek Seung Jo part 3

Sepertinya aku jadi terbiasa tinggal bersama anak ini setelah sebulan,
tidak, atau seharusnya aku berkata aku sudah mulai terbiasa dengan masalah yang ia timbulkan untuk-ku? Ke Ke!

Karena harus sekolah, kemungkinan kami bertemu jadi bertambah.
Satu hari aku bergegas ke toilet karena sakit perut,
tapi aku hanya bisa mendengarnya menyanyi di balik pintu.
Aku tidak bisa apa-apa tapi heran apa yang ia lakukan di dalam sana,
apa ia tidak mau keluar? Dasar...

Jadi mulai saat itu,
Aku bangun lebih awal daripada dia untuk menggunakan kamar mandi,
ini benar-benar menyebalkan!


Mengapa sikat giginya diletakkan bersama dengan punyaku?
Bahkan Eun Jo juga merasa tidak senang dengan ini.
Karena aku dengar kalau meletakkan sikat gigi bersama akan
menyebabkan perasaan yang sangat aneh di masa lalu,
dan membuat aku merasa aneh sekarang.

Anak ini yang melambaikan tangan dan berkata "Halo!"
bahkan tidak tahu alamat rumah kami.
Jika aku pura2 tidak mengenalnya, dan tidak membalas sapaannya,
pasti aku harus mendengar omelan ibuku;
jika aku tidak berangkat ke sekolah bersama dengannya,
Aku akan mendengar omelan ibuku;
jika aku pulang dan tidak jalan bersama dengannya lewat gang gelap itu,
Aku akan mendengar omelan ibuku.
Karena anak ini, aku harus mendengar semua omelan itu
yang tidak pernah terjadi di masa lalu, apa ia tahu itu!
Nona pembuat masalah Oh Ha Ni!

Suaranya ketika cekcok dengan Eun Jo,
keributan-nya naik dan turun tangga,
suaranya ngobrol dengan ibu,
karena semua keributan itu, rumahku jadi kacau.
Tapi suara Oh Ha Ni yang variatif, membuatku melebarkan telingaku.



Benarkah?
Sejak kapan, sedikit demi sedikit, anak ini mulai terasa seperti keluarga?

Saat aku tahu kalau ternyata anak ini yang
main-main denganku.
Aku tidak tahan kecuali mencubit wajahnya,
saat aku mencubitnya, aku merasa sedikit panik.
Aku tidak terbiasa membuat kontak badan dengan orang lain,
tapi mengapa aku bisa mengulurkan tanganku
dengan alamiah kali ini.

Seperti mulai menerima gurauan dari Eun Jo?

Sambil teriak kesal, wajahnya jadi jelek,
tapi saat itu, aku sebenarnya berpikir ia jadi sedikit manis.

"Pu"takut kalau aku akan ketawa,
aku cepat-cepat berbalik agar ia tidak melihatku,
dan saat ini, aku sadar hati kami jadi semakin dekat lagi!

Sepertinya angin musim gugur mulai bertiup.

Saat aku memutuskan untuk menggendong Oh Ha Ni, si Bong Jun Gu ini
mendahuluiku, tidak tahu kenapa tapi aku merasa sedikit marah.
Aku jelas tidak punya rencana menggendongnya.
Tapi bagaimanapun, aku masih berpikir kalau Ha Ni,
yang mengacaukan hidupku sangat menjengkelkan.

Ketika aku melihat mereka berdua saling berpelukan
saat mereka menang tarik tambang,

"Apa ini, situasi apa ini?"

Hatiku sedikit sakit.
Mengapa? hati ini rasanya seperti diikat oleh sesuatu,
seperti ada halilintar di langit musim panas,
perasaan jadi tidak enak secara mendadak.
Ini sama sekali tidak ada hubungannya denganku!


Ini pertama kalinya, bekerja keras untuk sesuatu.
Melihat Bong Jun Gu yang teriak keras
sekali karena marah,
perasaanku jadi berubah lebih baik.
Kepala labu Oh Ha ni ini yang memberikan tongkat padaku,
meskipun tidak masuk akal,
tapi hati ini tetap sama,
mengapa ini membuatku merasa senang?
Akhir-akhir ini, kalau kami bertemu tapi pura-pura tidak melihat,
Aku tidak tahu mengapa,
tapi rasanya seperti sesuatu yang mengikat hatiku.



Ha Ni yang kakinya terluka jalan ke ruang tengah,
merasa malu, dan melakukan yang terbaik dalam segala hal,
meskipun tidak ada yang bisa ia lakukan dengan baik.

Ibu cuma pergi ke sekolah dan itu membuatnya sangat bahagia,
tersenyum dan berkata kalau ia merasa sangat beruntung,
membuatku berpikir tentang hari2 spi yang
sudah ia lalui tumbuh besar tanpa seorang ibu,
ini membuat hatiku tiba-tiba merasa sakit.
Sebelum aku mengenalnya, bagaimana ia menjalani hidupnya?

"Bi, Bi, Bong, Bong" Dia melambaikan tangan, menggoyang pantatnya,
menari, tapi mengapa anak ini sangat manis?

Pagi ini, ketika ia mengenakan kostum Bong Bong,
berkeringat di mana-mana tapi tetap memberi semangat untuk yang lain, apapun yang terjadi,
dia juga akan melakukan yang terbaik membuatku mulai merasa kalau ia manis.
Saat itu aku tidak sadar,
hatiku sudah maju satu langkah.

"Manis sekali!" tapi hatiku sekali lagi
mengambil alih sisi rasionalku,



Aku bilang : "Turun dan membantu sana!"
Meskipun aku ingin minta dia istirahat karena
kakinya, tapi sisi lain dalam diriku memintanya pergi membantu ibu.

"Jika kau tidak ingin meninggalkan rumah kami!"

Puji Tuhan, dia tidak menyadari.
Kalau itu sudah mencairkan sedikit, hatiku yang beku.

0 Comments:

Posting Komentar

Enters your comment please ^^

Template by:

Free Blog Templates